Pages

Wednesday, July 1, 2015

SEMINAR AIKIDO 2015, INSTITUT AIKIDO INDONESIA




Institut Aikido Indonesia (IAI) menyelenggarakan Seminar Aikido yang berlokasi di Gedung TVRI Jakarta dengan mengundang Makoto Ito Shihan (Dan 6 Aikikai Honbu Dojo – Jepang). Seminar terbuka yang digelar selama dua hari yaitu pada tanggal 13 – 14 Juli 2015 itu disambut dengan antusias yang terlihat dari banyaknya peserta seminar yang datang tidak hanya dari anggota IAI tetapi juga dari organisasi aikido lainnya. ­­

Seminar Aikido ini adalah acara rutin yang diselenggarakan oleh IAI. Dalam seminar ini peserta selain dapat belajar teknik Aikido juga menjadi ajang silaturahmi dengan anggota sesama IAI atau dengan organisasi Aikido lainnya. Pada hari kedua setelah acara seminar, diadakan ujian kenaikan tingkat untuk para Yudansa atau Aikidoka yang sudah memiliki tingkat Dan (sabuk hitam) yang diuji langsung oleh Makoto Ito Shihan dan diikuti oleh sekitar 50 Orang, mulai dari Shodan (Dan 1), Nidan (Dan 2), Sandan (Dan 3).








AIKIDO

Aikido (bahasa Jepang: 合気道, aikidō) adalah seni beladiri yang mempunyai akar pertumbuhan dan budaya dari Jepang. Aikido merupakan manifestasi dari modernisasi pemikiran Jepang dengan selimut budaya Jepang tradisional. Hal ini membuat seni beladiri yang dikembangkan oleh Morihei Ueshiba sekitar tahun 1800-an( 植芝 盛平 Ueshiba Morihei) menjadi sangat diminati berbagai kalangan pada abad modern ini sebagai sebuah gaya hidup. Akar ilmu bela diri aikido terutama berasal dari sebuah tradisi bela diri kuno yang turun temurun hanya dimiliki oleh sebuah keluarga istana,[1] yaitu "Daito Ryu Aiki-Jujutsu (atau ju-jutsu)". Morihei Ueshiba sendiri dikenal sebagai instruktur Daito Ryu yang sangat berkualitas.

Dalam tradisi lama "Jutsu" berarti sebuah "art" atau "seni", sehingga bentuk lama ini mempunyai pakem-nya sendiri sebagai sebuah tradisi dengan tatanan gerak tertentu. "Daito" adalah sebuah nama yang merujuk kepada nama sebuah istana, yaitu Daito. "Daito" merupakan istana milik putra keturunan Kaisar Seiwa bernama Minamoto Genji Yoshimitsu. Yoshimitsu diwarisi ilmu ini oleh putra keenam Kaisar Seiwa yaitu Pangeran Teijun yang sangat menggemari ilmu beladiri.
Morihei Ueshiba yang biasa disebut sebagai O-Sensei mempelajari ilmu "Aiki" ini dari guru pewaris ilmu ini yaitu "Sokaku Takeda". "Takeda" adalah sebuah nama keluarga yang tidak lain adalah nama lain dari keluarga "Minamoto". Dengan bakat yang begitu besar, Morihei Ueshiba telah menyebarkan muridnya ke seluruh dunia untuk memperkenalkan keindahan ilmu seni beladiri aikido ini. Saat ini, aikido telah berkembang sekurangnya ke 93 negara di Asia, Eropa, Amerika, Australia dan sebagian Afrika.
Aikido menekankan harmonisasi dan keselarasan antara energi ki (, prana) individu dengan ki alam semesta. Kata "aikido" berasal dari tiga huruf kanji:
  • - ai - bergabung, menyatukan, menyelaraskan
  • - ki - jiwa, energi kehidupan­­
  • - - jalan, cara
Seni beladiri ini juga menekankan pada prinsip kelembutan dan bagaimana untuk mengasihi serta membimbing lawan. Prinsip ini diterapkan pada gerakan-gerakannya yang tidak menangkis serangan lawan atau melawan kekuatan dengan kekuatan tetapi "mengarahkan" serangan lawan untuk kemudian menaklukkan lawan tanpa ada niat untuk mencederai lawan. menyalurkan energy (ki) lawan/penyerang melalui media berbagai jenis cengkraman (holds), kuncian-kuncian (locks) maupun lemparan (throwing) dan mungkin sangat dikenal focus dalam melakukan gerakan-gerakan manufer untuk bertahan dari serangan dan karenanya menjadikannya beladiri yang memiliki philosophy yang unik dibanding dengan beladiri yang lain.
Prinsip aiki adalah metode menaklukan serangan melalui harmonisasi dan tidak secara frontal melakukan serangan balasan. Prinsip ini telah dijalankan oleh banyak seni beladiri sebelum era aikido. Aikido pada awalnya sebuah seni beladiri yang berasal dari Daito-ryu jujutsu. Ueshiba sendiri menggunakan jujutsu dan aikibudo untuk seni beladirinya diawal –awal masa mengajarnya.
Falsafah yang mendasari Aikido, yaitu kasih dan konsep mengenai ki, membuat Aikido menjadi suatu seni beladiri yang unik. Secara umum Aikido dapat digolongkan sebagai beladiri kuncian dan pergumulan (Inggris: grappling).
Aikido tidak mengenal sistem kompetisi atau pertandingan, seperti beladiri pada umumnya untuk tujuan pemasyarakatannya. Namun cara yang dipergunakan aikido untuk memasyarakatkan dirinya adalah dengan sistem embukai atau sejenis peragaan dalam seni gerak bela diri.
Berbeda dengan beladiri pada umumnya yang lebih mengutamakan pada latihan kekuatan fisik dan kecepatan, Aikido lebih mendasarkan latihannya pada penguasaan diri dan kesempurnaan teknik. Teknik-teknik yang digunakan dalam Aikido kebanyakan berupa teknik elakan, kuncian, lemparan yang tampak sama dengan bantingan. Di banyak perguruan aikido, teknik-teknik pukulan maupun tendangan dalam praktiknya jarang digunakan atau malah dihilangkan. Sebenarnya teknik pukulan dan tendangan di dalam aikido tidak dikenal sedemikian sempitnya, sehingga terdapat istilah "atemi", sebagai suatu cara untuk menggunakan segala kemungkinan seluas-luasnya dalam mendaya gunakan tubuh untuk memukul-menendang dan setaranya (termasuk menggunakan dahi, siku, lutut dan lainnya). Walaupun demikian, dengan berbagai alasan teknik atemi ini cenderung ditinggalkan atau dihilangkan oleh banyak perguruan aikido. Teknik atemi dalam aikido lebih dipakai sebagai ala­­t pengalih perhatian penyerang agar dapat menerapkan teknik dalam menaklukkan penyerang.
Keunikan lain aikido adalah geraknya yang hampir tidak pernah mundur dalam mengatasi berbagai jenis serangan. Gerakannya cenderung melingkar dibandingkan maju- mundur. Di dalam konsep gerak inilah kita akan banyak memahami secara nyata falsafah aikido dalam artian sebenarnya. Banyak orang tertarik belajar aikido dimulai karena ketertarikannya pada falsafahnya yang cukup tinggi. Tetapi, uniknya justru terletak pada kesinambungan pemahaman antara seorang praktisi dengan seorang filsuf. Sehingga, saran setiap guru aikido kepada mereka yang ingin mengetahui aikido secara cermat adalah dengan "latihan".
Bokken (pedang kayu) dan Jo ( tongkat kayu) merupakan alat yang sering digunakan dalam metode latihan aikido yang merefleksikan atas elemen, ketepatan (timing), jarak (distance) dan initiative. Secara umum penggunaan senjata tersebut untuk mengilustrasikan prinsip aikido. Tanto ( pisau kayu) juga digunakan sebagai alat berlatih.
Aikido memfokuskan latihan secara berpasangan. Uke dan Nage adalah istilah yang sering dipakai. Uke (penyerang) adalah orang yang akan ditaklukan dan Nage ( bertahan) adalah orang yang akan melakukan eksekusi teknik. Teknik-teknik yang dilatih diantaranya teknik tachi waza (uke nage dalam posisi berdiri), suwari waza (uke & nage sama sama duduk), hanmihandachi waza ( nage duduk & uke berdiri), tangan kosong maupun menggunakan senjata (boken, jo & tanto), kokyuho (latihan tenaga nafas), pernafasan, keseimbangan, funadori (menghadapi banyak uke/penyerang) yang disebut  randori. 
Dalam randori , nage menerapkan strategi protective dan berbagai macam teknik dalam menghadapi sejumlah penyerang (uke) yang tidak dibatasi jenis serangannya.  Randori ini Sering dilakukan pada saat kenaikan tingkat maupun dalam latihan.
Sistem tingkatan yang harus dilalui oleh seorang praktisi Aikido hampir sama dengan yang digunakan oleh seni beladiri asal Jepang lainnya, yaitu sistem Kyu.  Tingkatan dalam Aikido terdiri dua yaitu KYU (mudansha / yūkyūsha) dan DAN (yūdansha). 

Berikut ini adalah jenjang tingkatan dalam Aikido (based on Institut Aikido Indonesia Grading)
- Kyu 5 s/d Kyu 4    :   Sabuk putih (anak-anak dibawah usia 16 tahun memulai dari KYU 10)
- Kyu 3 s/d Kyu 1    :   Sabuk Coklat
- Dan 1 s/d Dan 10 :    Sabuk Hitam
Adapula dojo yang menerapkan sabuk kyu 6 sampai 1 tetap berwarna putih. Shodan adalah tingkatan yang selanjutnya; praktisi yang mencapai tingkatan ini ditandai dengan sabuk yang berwarna hitam serta aksesoris tambahan berupa celana panjang bernama hakama. Celana seperti ini biasa dipakai oleh para samurai pada zaman dahulu.

Dengan tidak adanya pertandingan/turnament dan philosophy yang tidak umum, aikido disebarkan melalui media yang berbeda  dari jenis beladiri popular lainnya. Akido terlihat sebagai sebuah seni beladiri yang memiliki implikasi filosifi yang luas dan dan banyak diaplikasikan justru diluar ranah konflik fisik.Aikido lebih menarik perhatian secara akademis dibanding kebanyakan seni beladiri lainnya dan telah menjadi suatu paradigma dalam bidang psychology, bisnis dan management conflict.


Referensi :
Martial Artsof the World An Encyclopedia Volume One: A–Q, Edited by Thomas A. Green, 2001.
Wikipedia.org